Pages

Wednesday, December 21, 2011

Judulnya; Pelatihan RPP Berkarakter

"Pendidikan berkarakter". Apa yang kawan bayangkan ketika mendengar kata-kata tersebut?

Hmm, jadi gini, tepat dua hari yang lalu saya mengikuti pelatihan Rencana Perangkat Pembelajaran (RPP) Berkarakter. Ceritanya, ini pelatihan buat guru-guru gitu. Saya yang sekarang sedang melaksanakan kegiatan pengabdian, ya ikut juga lah. hehehe

Pemateri yang merupakan salah satu pengawas sekolah dari kementrian agama provinsi menjelaskan panjang lebar mengenai RPP. Bagaimana cara-cara pelaksanaannya, proses pembuatan silabus, sampai pada tolok ukur keberhasilan pembelajaran berkarakter. Beliau menyampaikan secara spesifik bagaimana RPP itu dengan memberikan contoh pada masing-masing mata pelajaran. Yang paling saya ingat dan saya dengar adalah ketika beliau memberi contoh karakter yang dibentuk oleh pelajaran fisika.

Jadi, dari pelajaran fisika, nilai karakter yang bisa diambil salah satunya yaitu nilai kejujuran. Ketika kita menghitung atau menyelesaikan sebuah persoalan fisika, maka hasil dari hitungan kita itu (jika proses penghitungannya sudah benar) merupakan hasil yang tak bisa diganggu gugat. Bagaimanapun hasilnya, hasil itulah yang mesti dilaporkan. Dari sini, mata pelajaran fisika mendidik untuk berlaku jujur dan apa adanya.

Setelah membaca satu contoh tadi, pasti kawan-kawan sudah bisa membayangkan bagaimana sih pendidikan berkarakter yang dimaksudkan oleh ahli-ahli pendidikan itu dan pasti kawan-kawan sudah bisa membayangkan karakter apa saja yang bisa diambil dari masing-masing mata pelajaran. Jadi, dengan RPP ini diharapkan akan terbentuk karakter yang baik-baik dari anak didik melalui mata pelajaran-mata pelajaran yang diberikan.

Lalu, bagaimana bayangan anda tentang pendidikan berkarakter?

Kalau saya, ketika pertama kali mendengar kata “pendidikan berkarakter”, yang terbayang oleh saya adalah suatu usaha pembentukan karakter anak didik yang dicontohkan oleh seluruh perangkat sekolah terutama oleh tenaga pendidik atau guru. Intinya, pendidikan berkarakter yang saya maksudkan di sini adalah berpusat pada KETELADANAN yang diberikan oleh tenaga pendidik berdasarkan keahlian di bidangnya masing-masing. Kalau gurunya sudah menunjukkan sikap dan perilaku baik, maka secara otomatis anak didik akan termotivasi untuk melakukan hal yang sama. Bener gak??? (pengalaman nih :p)

Hemat saya, (weish bahasanya kayak enterpreneur2 gt :D) pendidikan berkarakter ini sebenarnya bukan hal yang baru. Ini sudah dilakukan oleh guru-guru sejak zaman nenek moyang kita dahulu. Apalagi di pesantren, penerapan pendidikan berkarakter ini ya memang wajib. Hanya saja mungkin RPP yang ingin diterapkan sekarang lebih spesifik dan semua rencana pembelajaran harus tertuang dalam bentuk draft tulisan. Mengapa harus dituangkan dalam bentuk tulisan? Biar pengaplikasiaannya lebih terkontrol [mungkin]...+_+



#Introspeksi: Selama beberapa tahun sekolah+kuliah, apakah karakter yang diinginkan oleh almamater kita telah terbentuk dalam diri kita??? (jawab dalam hati) ^_^








Monday, December 19, 2011

Free like a Bird

I just wanna feel free
I miss something that i done, many times ago
i just want to be free
do something that i need to do
talk everything that i want to talk
sing a song that i liked
I just want to be free, like a bird on the air, like a fish in the water
yeah, i just want to go away from this jail
someone...
tell me the way
how can i loose from this chains
somebody knows?
you? or you?
no, i no need you to take my hand
cause, who knew me is..........."i am"

=D, lol.

Sunday, December 18, 2011

Di hujan tahun ini


Ada rasa yang tak mau enyah dan terkikis. Di kota panas yang gerimis
Hei, apa kabar lelaki diam? Senyum manggis yang manis selalu menggetarkan.
Adakah bait indah dari sang pujangga kata? Ketika hujan datang menguras habis romansa gerimis, kau menebas habis getar jiwa yang siksa.
Kotamu, kota kita
Kini tak lagi berjarak berlapis
Namun hujan, lagi-lagi mebuyarkan mendung yang meluap-luap, kini hilang.
Terang, namun tak tampak...
Kau  pergi saatku tak hendak beranjak.
Aku masih disini, di hujan tahun ini

13-12-2011, @PTR

Saturday, August 27, 2011

QUOTE

/a piece of my final reseach book/


Bersabar dan ikhlaslah dalam setiap langkah perbuatan
Terus-meneruslah berbuat baik, ketika di kampung dan di rantau
Jauhilah perbuatan buruk, dan ketahuilah pelakunya pasti diganjar, di perut bumi dan di atas bumi
Bersabarlah menyongsong musibah yang terjadi dalam waktu yang mengalir
Sungguh di dalam sabar ada pintu sukses dan impian kan tercapai
Jangan cari kemuliaan di kampung kelahiranmu
Sungguh kemuliaan itu ada dalam perantauan di usia muda
Singsingkan lengan baju dan bersungguh-sungguhlah
Karena kemuliaan tidak akan bisa diraih dengan kemalasan
Jangan bersilat kata dengan orang yang tak mengerti apa yang kau katakan
Karena debat kusir adalah pangkal keburukan
--Diterjemahkan bebas dari syair Sayyid Ahmad Hasyimi, dikutip dari Novel Ranah 3 Warna (A. Fuadi)--


Sekecil apapun usaha yang kaulakukan, engkau akan menuai hasilnya kelak
--Papinda Pardansyah--


Jangan lupa sholat sunnah Fajar, Nak! Hadits Nabi mengatakan “Keutamaan shalat fajar melebihi dunia seisinya”
--Maminda Seniwati--


Logic will get you from A to B, imagination will take you everywhere
--Albert Einstein--    


Kejujuran adalah mutiara HATI
--Wise Words--



Friday, August 12, 2011

Asah otak-01

Iseng-iseng mengetik keywords "kecerdasan" di google, aku menemukan sebuah artikel tentang 11 cara meningkatkan kecerdasan.  Noh, ternyata cerdas itu bisa dilatih, kawan.  Catatan ini hanya akan membahas 1 cara, cara selanjutnya, Insyaallah di catatan berikutnya ya...! Semoga bermanfaat>>>

Para ilmuwan dari University of California, Berkeley, AS, pernah meneliti otak tikus. Mereka menemukan, otak tikus tumbuh sebesar 4 persen saat mereka dipaksa menjalankan tugas mental setiap hari, misalnya mencari jalan keluar dari lorong yang berliku, memanjat tangga, dan bersosialisasi dengan tikus lain.

Nah, otak tikus saja bisa dilatih untuk tumbuh, apalagi otak manusia. Makin dilatih, otak kita pasti kian tajam. Kehilangan daya ingat dalam jumlah tertentu pada usia berapa pun adalah wajar, sama seperti terjadinyaperubahan pada organ tubuh lain. Yang penting, jangan malas untuk rajin melatih otak kita agar daya ingat tetap kuat sepanjang masa.

Inilah 11 Cara membuat Otak Anda Lebih Cerdas:

1. Latih kemampuan mengamati.
Perhatikan lingkungan sekitar. Rekam dalam pikiran apa yang Anda lihat, mulai dari yang paling sederhana dan diteruskan dengan observasi yang lebih rumit.

Latihan-latihan ini akan memungkinkan sel otak tetap aktif dan jaringan penghubung antarsel otak semakin rapat. Kegiatan mental yang menantang meningkatkan jumlah sirkuit aktif atau sinapsis dalam otak. Semakin banyak sirkuit, semakin banyak asosiasi, makin besar pula kemampuan mengingat.

Sumber: http://wasisa.blogspot.com/


Komentarku: 

#poin1: "Latih kemampuan mengamati".
 Wah, sengaja atau tidak, banyak hal di sekitar yang terlewati untuk kuamati. Hmm, terbukti ketika ditanyai oleh seseorang tentang sesuatu yang harusnya kuketahui, aku sering baru tersadar dan berfikir "iya, ya..." Ngomong-ngomong soal mengamati, aku punya cerita konyol, kawan. Suatu hari, ketika aku sedang berjalan  (agak buru-buru) menuju ATM kampus, aku ditanyai oleh seorang bapak-bapak.
Bapak: Mbak, numpang tanya
Aku: Iya pak
Bapak: Emm, biasanya kalo mau lihat pengumuman kelulusan SNMPTN di mana ya???
Aku: (berfikir sejenak), Ohh, biasanya lewat web-nya UNAIR bisa pak
Bapak: Lho iya, saya sudah lihat pengumumannya di web. Tapi saya pengen ngecek lagi biar lebih yakin.
Aku: Ohh, gt pak,  biasanya kalo yang ngurusin mahasiswa baru itu di situ pak (menunjuk Auditorium, sedikit tak yakin). Emm nanti kalau sudah sampai di sana bapak tanyakan ke petugas yang ada di sana. (kebetulan di situ sedang ada acara. Aku tak tahu itu acara apa)
Bapak: oke terima kasih mbak. (Sang bapak berlalu dengan semangat)
Aku: Monggoooo  (sambil berfikir dan mengingat-ingat, Ah rasa2nya pengumuman itu biasanya ditempelkan di sebelah rektorat bukan ya?) Sambil terus berjalan menuju ATM kampus, yang kebetulan melewati  Rektorat, aku mencoba mengamati dan memperhatikan papan pengumuman yang ada di sebelah samping rektorat itu....dan ternyata, itu pengumuman kelulusan SNMPTN!!! Hah..., Astaghfirullah! maafkan aku Bapak. Ini akibat aku yang tak perhatian lingkungan (wah! dasar aku!). Sambil terus berjalan, aku menoleh ke belakang berharap bisa menemukan bapak tadi dan mengklarifikasi informasi yang telah kuberikan tadi. Namun nihil. Bapak tidak ketemu lagi dan aku hanya berdo'a semoga bapak itu menemui orang yang baik di Auditorium dan memberitahunya di mana letaknya pengumuman SNMPTN.

#Ini pelajaran. Mari mengasah otak, menlatih kecerdasan dengan mempehatikan dan mengamati lingkungan sekitar. Kita mulai dari sekarang! Ini komentar dan sedikit ceritaku. Semoga ceritaku di atas tidak terjadi padamu, kawan. Hehehe. Apa komentar dan ceritamu???

...........................................................Bersambung ^^

Saturday, August 6, 2011

Bulan Separoh

Ada bulan separoh yang mengintip, kerlip-kerlip, menggelitik
Ia tak kunjung datang, gadis cilik kesepian
Malam... adakah cerita tentang lelaki diam kau khabarkan?
Tawaran datang bertubi-tubi tak tahu diri
Tak satu darinya datang. Ini riskan

Bulan separoh mengintip, mengusik, menelisik
Menggoda gadis cilik dengan bayangan lelaki diam
disampaikan tentang suara keheningan. Menyenangkan
Ini pujian

Lagi-lagi bulan separoh mengintip, menertawakan, mengungkap keluguan
Gadis cilik terpaku 
Ia terkesiap, terdiam tak terjemahkan
Adakah cinta menyita sepertiga jiwa seseorang?
Ah, nyatanya memang demikian. Bahkan sepersatu

Kini bulan menyembul malu-malu dari balik awan
Ia menghabarkan sebuah keniscayaan

Gadis cilik menutup jendela, merangkai sayap putih untuk esok pagi
Ia ingin terbang. Terbang menjemput bulan separoh
Demi mendengar kisah tentang lelaki diam
Tentang rindu yang masih terbungkam di balik awan, di tiap malam-malam


 


















06082001, di balik jendela @1/4 Ramadhan

Wednesday, August 3, 2011

Kebetulan?

Ingin kembali. Aku ingin kembali. Meniti langkah yang kian gontai oleh kealpaan. Adakah kebetulan yang bertubi-tubi? Dua belas tahun telah terbilang. Semua terang benderang. Mereka senang dan juga aku...aku tak kalah riang. Ah, adakah kebetulan yang bertubi-tubi?


Saat cita tak kunjung nyata, saat harap terkejap hampir lenyap. Aku masih berdiri tegak dengan sebongkah keyakinan. Bahwa ini semua telah digariskan. Bahwa Ia yang maha penyanyang sedang menguji sejauh mana keinsyafan diri? Sadarkah atau,... lupakah?


Ini kesalahan. Ini kesalahan. Ini kesalahan. 


Oh, ke mana saja aku hari ini, tadi, kemarin, kemarin lusa dan tahun lalu? 48 terbilang bulan aku tak kunjung paham akan kealpaan. Inikah hukuman? Jiwa kian meradang mengharap belas kasian dari sang tuan. Akankah kembali menjadi tenang? Mungkin. Mungkin saja... bukankah orang bijak pernah bilang kalau tak ada yang tak mungkin di dunia? Ini tak bisa ditinggal diam.


Usaha! Sebab tak akan diubah nasib suatu kaum sebelum mereka mengubahnya sendiri. Do'a! Sebab usaha tanpa do'a adalah sombong, do'a tanpa usaha adalah kosong.

Perlahan bongkahan keyakinan menjadi bukit yang kian menjulang. Bahwa tak ada kebetulan. Semua telah digariskan. Ah, ingin rasanya membayar semua kealpaan yang terbilang-bilang. Sanggupkah? Hingga nanti kutemukan akhir dari awal yang terang?








Quote: "Sebesar keinsyafanmu sebesar itu pula keberuntunganmu"



Monday, August 1, 2011

01-Ramadhan, Skripsi

Ini malam pertama bulan ramadhan, kawan. Syukur tercurah atas kesempatan yang masih diberi oleh-NYA, Kesempatan menjumpai bulan yang penuh ampunan. ALHAMDULILLAH.

Berbeda dengan malam ramadhan tahun lalu. Kali ini aku diberi kesempatan untuk mendapati bulan ramadhan di kota pahlawan. Jujur saja kawan, melalui ramadhan di tengah-tengah keluarga memang selalu memberikan kesan tersendiri. Ya, Tahun lalu, aku diberi kesempatan sebulan penuh berpuasa bersama keluarga. Menyenangkan sekali, kawan. Banyak hal yang kudapat selama bulan puasa tahun lalu. Tahun ini, karena sesuatu hal yang harus kuselesaikan, aku harus melalui bulan ini di sini. Di kota pahlawan ini. Ramadhan  tahun ini menjadi sedikit berbeda.

Yeah. Ramadhan kali ini menjadi berbeda (selain karena jauh dari keluarga) adalah karena aku harus menyelesaikan tetek-bengek mengenai kelulusan. 4 tahun rasanya terlalu lama untuk menundanya lagi. Insyaallah. Ya, aku harus benar-benar berjuang untuk benar-benar menyelesaikannya. Rasanya aku ingin sekali memulai kehidupanku yang baru. Kehidupan yang "bebas" seperti kehidupan yang pernah kulalui dulu (Oh... skripsi ini menyiksaku. Hehehe lebay ). Apapun, ini harus kusyukuri karena beberapa tahap sudah  berhasil kulewati setelah menempuh perjalanan panjang yang berkelok-kelok. Skripsi membuatku tersadar betapa banyak fisika yang belum kuketahui :(
 
Hmm, ngomong-ngomong masalah skripsi, aku jadi ingat tahun-tahun yang lalu, ketika memperhatikan status-status fb dari kakak-kakak kelas yang (sepertinya) sangat pusing memikirkan skripsi, aku jadi penasaran. Ketika itu aku berfikir dan bertanya-tanya, "emang sampe segitunya ya? koq kayakanya rumit banget?" akupun ingin cepat-cepat merasakan yang namanya 'ngerjain skripsi'. Dan ternyata kawan. Ini lebih rumit dari yang kubayangkan. Wah, betul adanya jika ada seorang yang mengatakan jalan mengerjakan skripsi itu berkelok-kelok dan Kelokan tertajam kulalui saat aku harus melakukan presentasi skripsi, kawan. Ini sangat berkesan dan ini menjadi suatu hal yang sangat sayang untuk dilewatkan tanpa ada pendokumentasian. 

Ceritanya begini, aku mendapatkan dosen penguji yang terkenal tegas. Ya, mungkin bahasa yang sering dipakai mahasiswa adalah dosen 'killer'. Wah! ketika melihat jadual sidang skripsi yang tertempel di depan departemen, lututku rasanya lemas. Bagaimana tidak? menurut pengalaman, kakak-kakak yang pernah diuji oleh dosen ini harus menjalani beberapa kali sidang untuk mendapat prediket lulus. Hmm, aku hanya berdo'a ini bukan pertanda buruk.

Setelah melewati beberapa persiapan (yang tidak terlalu mantap-sebab analisis datanya banyak banget), akhirnya hari itu tiba. Jum'at, 22 juli 2011. Ini merupakan hari bersejarah. Ada hal mengagumkan ketika hari itu tiba. Rupanya bukan hanya aku yang berdebar-debar, kawan. keluarga di rumah yang kukabari dan teman-teman dekatku nyatanya ikut merasakan apa yang kurasakan. Deg-deg-an. Kondisi ini kumanfaatkan untuk melecut semangat menghadapi hari itu. Bahwa apapun yang terjadi, ada orang-orang yang selalu 'berada' di sampingku yang selalu mendukung dan berd'oa untukku. Segala ppersiapan yang bisa kulakukan kupersiapkan dengan matang. Sehari sebelumnya aku sudah memperssiapkan  jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang mungkin untuk ditanyakan pada saat sidang nanti.

Pesan singkat dari ayah kubaca berulang-ulang. Jangan lupa baca bismillahi tawakkaltu 'alallahi laa haula walaa quwwata illaa billah. Jangankan profesor, harimau yang galak pun akan takluk atas izin-NYA. Ah, rupanya Ayah tau kalau anak gadis bungsunya sedang galau. Hehehe.
 

Hari itu, dengan segenap kepercayaan diri, aku maju ke medan pertempuran. Presentasi kulakukan dengan semangat 45. Aku diberi waktu selama 20 menit untuk memaparkan tugas akhirku. Ya, waktu itu aku tidak grogi sedikitpun. Pertanyaan dari dosen penguji pertama berhasil kujawab dengan baik. Berlanjut ke dosen penguji kedua. This is the real war. Pertanyaan dimulai dengan mengoreksi penulisan abstrak dan dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan berikutnya. Pertanyaan pertama masih bisa kuatasi bahkan aku menjawabnya sambil tersenyum....niatku, ini kulakukan untuk mencairkan suasana. Payahnya,ternyata aku salah bersikap, kawan. Dosen penguji keduaku ini tak suka mahasiswa yang 'tersenyum'  ketika ujian. Hmm, pertanyaan-pertanyaan berikutnya membuatku merasa terpojok ketika aku terus berusaha menyampaikan maksud dari tulisanku yang ada di laporan skripsi itu. Namun beliau bersikeras mengomentari tulisan yang ada di laporanku---dan akhirnya aku semakin kaku ketika dosen pembimbingku tak ada yang membela. Aku terdiam, kawan. Sedikit kecewa. Jujur saja, kurasa aku bukan mahasiswa yang malas berkonsultasi dengan dosen pembimbing dalam penggarapan skripsi ini.
 

Pertanyaan masih berlanjut dari pembimbing 1 dan 2. Aku tak bisa lancar berkata-kata lagi. Aku benar-benar merasa terpojok. Saat itu, rasanya aku ingin menangis. Pertanyaan-pertanyaan yang sudah kuduga akan ditanyakan ternyata benar. Dan payahnya, aku jadi lupa semua jawaban yang sudah kupersiapkan. Ah, mentalku memang masih perlu diasah lagi.


Dua jam berlalu, sidang pun dihentikan. Aku diminta keluar sejenak untuk menunggu hasil apakah aku lulus atau tidak. Perasaanku muncul tak karuan. Antara kecewa, sedih, galau, ah macam-macam'lah. Aku tak berharap banyak akan dinyatakan lulus pada saat itu. Tapi akhirnya aku dipanggil dan Alhamdulillah aku dinyatakan lulus, yah dengan syarat revisi. Alhamdulillah meski berdarah-darah, aku tetap bersyukur. Atas izin Allah, aku tidak menambah sejarah adanya mahasiswa yang sidang ulang dengan penguji ini. Dan satu hal yang paling kusyukuri pasca sidang skripsi adalah ini benar-benar sidang yang sangat berkesan.

Nah, di bulan ramadhan yang penuh berkah ini, aku ingin mengucapkan terima kasih  banyak  terutama untuk Ayah dan Ibu atas kepercayaan yang kalian tanamkan padaku bahwa aku BISA. Terima kasih untuk dosen-dosen pengujiku atas sidang skripsi yang sangat berkesan. Terima kasih dosen -dosen pembimbingku atas didikan yang -secara tidak langsung- mendidikku untuk bisa mempertanggung jawabkan apa yang kutuliskan dan kukatakan. Terima kasih kawan-kawan atas dukungan dan do'a kalian. Mudah-mudahan ilmunya kita manfaat. AMIN... Semoga Ramadhan ini menjadikan kita manusia yang pandai bersyukur dan tetap berSEMANGAT untuk menjadi yang lebih baik. Keep Positif!



Quote----orang sukses terkadang lebih suka menceritakan kesulitan yang dia lalui saat ia meraih sukses itu, karena, waktu dapat merubah kesulitan yang tak terperi sekalipun menjadi kenangan yang sangat sayang untuk dilupakan----


*Fight untuk revisi. Sambil Tadarrus-an :)


 

Sunday, July 10, 2011

Keep smile 'n be optimist. ^_^ Bismillah!

What's on My Mind???

There are:

Analisis Fast Fourier Transform (FFT)

Potensial Otak

Delta

                       Teta                       

             Alfa              

Beta
                                                        
Gama
                                                                          
Gelombang Bunyi

Audiometer

Ambang Dengar Manusia

Telinga
        
Nada

Frekuensi

Amplitudo

(etc,..)



 
It named: SKRIPSI

Monday, June 27, 2011

Kita lihat saja nanti...

Apa yang kau pikirkan dan kau rasakan saat ada seseorang yang menjawab "kita lihat aja nanti" saat kau sedang sangat membutuhkan jawaban kepastian darinya? Pasti pikiran-pikiran negatif yang lebih dahulu muncul di benakmu, kan? Jujur sajalah. Hehehe. Kalau aku sih, jujur, iya. kupikir dan kurasa-rasa, orang yang ketika ditanya suatu kepastian dan menjawab "kita lihat saja nanti" adalah orang yang hidupnya tanpa rencana masa depan.

Seiring berjalannya waktu. Dengan bertambahnya bilangan umurku, aku sering tertarik oleh pikiranku sediri untuk memikirkan masa depan. Tak jauh-jauh kuambil contoh, ketika aku sedang belajar untuk ujian, aku sudah menetapkan target dan membayangkan betapa senangnya aku jika hasil yang kudapatkan nanti mencapai target. terlebih apabila bisa melebihi target. Ya, aku terbiasa hidup dengan target-target yang kadang kubuat tanpa melihat-lihat keadaanku dan keadaan di sekitarku. Hingga tak jarang, ketika target yang telah kutentukan sendiri tak berhasil kucapai, aku jadi stres. Merasa tak mampu, kurang...kurang... dan kurang. 

Semakin jauh aku berjalan di kehidupanku, akupun menetapkan target lulus kuliah, 'bekerja'=membahagiakan orang tua, menikah dan lain-lain. Aku pastikan aku tak diam saja untuk mencapai target-target ini.  

Kita lihat saja nanti

Mempunyai target-target pencapaian kesuksesan dalam waktu dekat dan jangka waktu panjang memang sangat dibutuhkan agar setidaknya, kita punya pegangan untuk berikhtiar sebagai  usaha yang kita lakukan atas modal besarr yang telah diberikanNya. Atau setidaknya bila ditanyai orang, "mau jadi apa nanti? Setelah kuliah mau ke mana?" jawaban kita tidak hanya "Yaaa lihat nanti sajalah". Jawaban apa itu. Itu jawaban orang yang tak punya prinsip. Menurutku itu jawaban orang yang hidupnya mengalir bagai air. Apa enaknya coba hidupp mengalir biasa-biasa saja.

Ini bicara soal takdir

Aku punya teman dekat. Aku sangat mengaguminya. Dan menurut pengakuannya, dia juga begitu padaku. Namun satu hal yang kadang membuatku "maju-mundur" untuk tetap berteman dengannya adalah, sejak  awal-awal kami bertemu, ketika aku menanyakan padanya "apakah kita akan terus berteman sampai nanti?" Ia selalu menjawab, "Jalani saja...kita lihat saja nanti". Lagi-lagi, menurutku itu hanya jawaban yang tak bertanggung jawab. Jawaban yang mudah membenarkan alasan ketika  tiba-tiba dia meninggalkanku tanpa alasan yang jelas. Ya, menurutku itu bukan jawaban orang yang berprinsip.

Lama aku mencari jawaban dan kepastian. Aku hampir stress dan dengan ketakutan-ketakutan yang belum tentu terjadi. Dibalik semua rencana yang selalu kubayangkan keindahannya, selalu di belakangnya ada bayangan suatu  benda menyeramkan bernama gagal. Jujur aku sangat takut kehilangan temanku ini dengan segala rencana-rencana besar bersamanya. Hingga suatu ketika aku bertemu dengan sebuah film yang berjudul "3hati, 2Dunia, 1cinta"  (Mizan Production). Film ini memberiku sedikit jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku selama ini. Dan kini aku tau, dia bukan tak punya prinsip. Dia hanya patuh pada takdir.

Kita lihat saja nanti


Terkait dengan masalah hati alias benci dan cinta, Allah telah mengingatkan kita bahwa tak boleh mencintai dan membenci berlebihan. Bisa jadi yang kita cintai itu tidak baik bagi kita dan sebaliknya. Ia maha tau. Tau segalanya. Rencana, memang sangat penting kita buat agar hidup kita lebih teratur dan terstruktur. Tak ada yang melarang kita untuk punya banyak rencana masa depan. Tapi kuyakin kau juga bersepakat denganku kawan, bahwa kepastian itu hanya ada padaNya. Jadi, ya..."kita lihat saja nanti......!" He he he





Catatan: "Hidup itu mudah, kawan! Jangan dibuat susah dengan pikiran-pikiran negatifmu. Mari berbaik sangka. Terutama berbaik sangka padaNYA" ^_^

***

  
*Pasrah itu bukan berarti menyerah tanpa berusaha. Tawakkal, itu intinya. 

Tuesday, June 14, 2011

Mereka Mau Kita Ada di Senjanya

Malam kian larut. Otot terasa mulai pegal-pegal sebab lelah. Namun dagangan kami belum habis juga.  Masih  ada beberapa gelas lagi yang tersisa di nampan yang kami gotong kesana-kemari mengelilingi taman. Malam ini cuaca sedang tak bersahabat. Buliran-buliran bening mulai menetes dari langit. Ini hujan. Ini sudah malam. Sedangkan dagangan yang kami jajakan adalah minuman yang pantang diminum di kala hujan. Ya, kami menjual es buah. Es buah tepatnya (tgs kuliah KWU).

"sebaiknya kita pulang saja," usulku. Aku menyerah, kupikir, hujan-hujan begini mana ada orang yang membeli es. Jikapun ada yang mau minum, dapat aku pastikan, mereka lebih memilih minum kopi dari pda es. Terbukti, semua orang yang kami tawari dagangan kami semua berkomentar, "Sudah beli kopi mbak! dingin-dingin gini koq jualan es," kata salah seoarng yang kami tawari. Dan kupikir memutuskan untuk melanjutkan jualan adalah perbuatan sia-sia. Kami pulang.

Dalam perjalanan menuju stan, kami bertemu dengan seorang anak kecil yang ingin membeli es buah kami. "beli es mbak! satu" Ia nampak membawa koran yang habis dijajakan entah di mana. Mungkin di warung-warung makan dekat taman itu. Dari sorot matanya terpancar sebuah kepolosan dan kejujuran. Timbul perasaan simpati ketika melihatnya. Menurutku orang yang mau mencari uang dengan berusaha tanpa meminta-minta dari orang lain adalah hebat. Ya, walau hanya dengan menjual koran.

Segelas es buah kami berikan dan uang yang ia serahkan pada kami, kami kembalikan lagi padanya. "Lho mbak, saya beli," katanya. "Iya dek bawa aja. Ini uangnya ambil lagi', ya" Ia tampak senang dan sesegera mungkin setelah itu ia berjalan cepat dan hilang seperti ditelan gelap.

Kini es buah yang ada di nampan kami tinggal 1 gelas. Kami berniat memberikannya lagi saja kepada orang yang mau. Dalam pada itu, ada seorang kakek berjalan sendirian. Dalam benakku, barangkali kakek ini sedang ingin menjemput cucunya, yang sedang bermain di taman. Ia berjalan berlawanan arah dengan kami. Kamipun berniat memberikan es buah yang tersisa itu padanya. Namun kali ini kami lebih banyak pertimbangan. kami takut kalau minum es malam-malam, akan menggangu kesehatan kakek itu. Dan karena terlalu lama berfikir, akhirnya sang kakek berlalu jauh dengan tongkatnya. Kamipun memutuskan untuk membiarkannya berlalu. 
*** 

Beberapa waktu kemudian, kami bertemu lagi dengan kakek yang tadi kami temui. Kali ini kami menemuinya di sebuah jalan yang lain. Kakek duduk di dekat pagar beton yang sepertinya sengaja dibuat untuk melindungi tanaman yang ada di taman itu. Rupanyanya kakek itu masih sendiri. Dugaan awal kami ternyata salah. Ia tak sedang  menjemput cucunya. Hati kami tertarik untuk menyapanya.

"Kek, permisi, bolehkan kami mengobrol dengan kakek sebentar?" Kataku agak ragu-ragu.

"Ohhh, boleh nak!" jawab sang kakek. Kami duduk di sebelah kake itu dan mulailah kami bertanya-tanya tentang segala hal padanya. 

"Kakek kesini sendirian?" tanyaku.

"Iya nak! Istri saya sedang sakit, dia tak bisa ikut ke sini" katanya serius.

"Oh, sakit apa kek?" tanyaku lagi. Aku sudah lupa jawaban yang kakek itu katakan pada kami. Yang jelas,  menurut keterangannya, istrinya sedang terbaring di rumah dan tak bisa ikut jalan-jalan malam itu. Pertanyaan kian berlanjut, Mulai dari pertanyaan tentang rumah, anak dan lain lain. Kakek itu, dalam ceritanya, menunjukkan bahwa ia adalah orang yang bersemangat. Dan beberapa ceritanya yang membuatku tersentuh adalah ketika ia bercerita tentang kedua anaknya yang keduanya laki-laki.

"Anak saya ada dua," katanya. " keduanya laki-laki. Tapi sekarang mereka semua jauh dari saya. Mereka hanya mengirimi saya uang tiap bulan. Tapi tak jarang mengunjungi kami. Katanya mereka belum sempat. Mereka sibuk sekali" lanjut kakek itu.



Kami menjadi pendengar setia atas ceritanya malam itu. Ketika bercerita, lautan wajah kakek itu tampak berapi-api, lagi-lagi menandakan bahwa ia adalah orang yang penuh semangat. Pun menunjukkan bahwa ia bangga mempunyai anak yang telah sukses menjadi orang. Namun, kurasa, disamping kebanggaannya itu, ia merasa kesepian tanpa anak-anaknya berada di dekatnya di usianya yang kian senja. Kurasa, Ia tak mengharapkan uang yang dikirimkan padanya. Tapi yang terpenting baginya adalah kehadiran anak-anaknya di sisinya.


--MEREKA MAU KITA ADA DI SENJANYA--

Pertemuanku dengan kakek itu mengingatkanku pada pesan Ayahanda dan Ibundaku yang disampaikannya pada kakaku beberapa waktu yang lalu. Kakak memberitahuku melalui sebuat catatan. Yang membuatku selalu tak kuasa menahan airmata ketika membacanya. T_T
 
Secercah Asa di Ujung Usia

Bukan harta atau tahta yang kupinta,
Namun ada sebuah asa yang terselip di dalam dada,
Kelak bila waktuku tiba,
Saat ajal lebih dahulu menghampiriku,
Ketika terputus sudah segala amalanku,
 
Satu pintaku dari kalian. . .
Mandikan aku dengan tangan-tangan kalian sendiri,
Kafankan aku dengan tangan-tangan kalian sendiri,
Jadilah kalian pengecuali dari segala terputusnya amalanku.

Dengarlah itu baik-baik wahai putri-putriku. . .


Setelah berapa banyak jasad terbujur yang pernah kumandikan,

Setelah berapa jasad terbaring kaku ku kafankan,
Setelah berapa kali fardhu kifayah kami tunaikan.

Hanya satu pintaku dari kalian,

Kelak bila waktuku tiba,
Bila ajal lebih dahulu menghampiriku,
Ketika terputus sudah segala amalanku,
Kalianlah penunai fardhu kifayah itu untukku,
Kalianlah pengecuali terputusnya segala amalanku.

Inilah secercah asa di ujung usia,

Inilah sebabnya kenapa ku wajibkan kalian menuntut ilmu agama,
Inilah cita-cita,
Kami tak akan pernah meminta balasan jasa,
Berupa harta atau tahta,
Karena kalian sendiri adalah harta paling berharga bagi kami.
Karena kalian adalah sebaik-baik hasil jerih payah kami.
 
(Wasiat Ibunda & Ayahanda untuk putri-putrinya)   
Ditulis oleh: Kak Pina, kakakku nomer 4.






Ajal, siapa yang tau kapan dan di mana datangya. Bisa jadi aku yang dijemput duluan dibanding mereka. Tapi  Tuhan, aku hanya ingin memohon kepadaMU. Dengan segala kerendahan hati dan kesungguhanku, kupanjatkan do'a teruntuk Ayahanda dan Ibundaku tersayang. Yang kasih sayangnya sangat tulus dan tak pernah putus. "Allahummaghfirlii waliwaalidayya warhamhumaa. warhamhuma, warhamhumaa.... kamaa Robbayaani Shoghiroo. Amiiin Ya Robbal 'alamiiin! T_T

Ah, Rasanya aku tak sanggup untuk meneruskan catatan ini. Udahan dulu ya...Hiks T_T

Saturday, June 11, 2011

Kabar baik dari orang yang sangat baik

Rasanya sudah lama sekali aku tidak menulis tentang apa saja yang ingin kutulis. Sudah hampir dua bulan, ya selama itulah aku tidak pernah menulis apa-apa di blog. Hingga akhirnya aku harus menerima kenyataan bahwa aku harus menghapus semua isi blogku. Hiks-hiks, menyedihkan sekali rasanya. Rasanya ituuu, seperti ketika kita harus berbesar hati menerima kekalahan atas apapun. Atau, seperti kehilangan tabungan masa depan. Menyedihkan sekali bukan?? (Ah.. lebay deh. Hehehe), lebay sikit-sikit,  tak ape lah.  

Dan mau tak mau, kurasa aku harus sedikit lebih perhatian terhadap blogku ini. Paling tidak, aku harus lebih hati-hati agar tidak sering lupa me-log out-nya. Ya, ini mungkin karena kesalahanku yang sering lupa me-log out- blogku setelah membukanya di mana-mana. Akhirnya, ada sesuatu entah apa itu yang membuatku harus menghapus semua isinya. Mungkin bisa saja diperbaiki, tapi au lebih memilih jalan pintas ini. And Finally, i creat a new blog. Ketika kita merasa tak nyaman dengan suatu keadaan, berhijrah, mungkin ada baiknya. (Bahasanya kayak ormas-ormas gt :p)

Sebenarnya sih aku tak punya bahan apa-apa untuk diceritakan hari ini, tapi eh, tunggu dulu. Sepertinya aku mengingat sesuatu yang bagus yang bisa kuceritakan padamu hari ini kawan. Ini tentang kabar bahagia dari seorang sahabat yang ketika melihatnya, aku seperti melihat kehidupan.

Turur katanya lembut, budinya baik, parasnya anggun dan keibu-ibuan. Yang paling membuatku terkesan adalah dia itu perempuan mandiri! Entah kapan dan di mana aku pertama kali mengobrol dengannya, aku sudah lupa. Namun seiring berjalannya waktu. Aku pun dekat dengannya dan dimulailah sebuah cerita persahabatan. Sifatnya yang keibu-ibuan dan dan kekakak-kakakan mungkin yang membuatku sangat nyaman berada di dekatnya. Walaupun dia sebenarnya juga dilahirkan sebagai anak bungsu. Sama sepertiku.
Siang itu, kira-kira pukul satu siang, kami (tiga orang) bersepakat untuk makan di kantin kampus. Mulailah perbincangan menyangkut liburan. (Haha, ujian aja belum, udah mikirin liburan). Tak apa, bercerita tentang liburan terkadang membuat kita lebih bersemangat dalam menyelesaikan sesuatu. Karena kami mahasiswa semester akhir, yah.. kami sudah lelah membicarakan yang namanya skripsi. Makanya, kalau ada waktu senggang begini, yang kami bicarakan adalah liburan. Niatnya baik koq, itung-itung biar bersemangat untuk cepet-cepet menyelesaikan skripsi. Bahasa Surabayanya, "ndang mari ndang uwes"
Ketika kami berbincang soal liburan, dia, wanita lembut yang tadi sudah kuberitahukan padamu ciri-cirinya, dia nampak tidak mengindahkan rencana liburan. Ada apa gerangan? padahal biasanya dialah yang paling bersemangat mengusulkan rencana jalan-jalan. Biasanya, karena sifat keibu-ibuannya, dialah yang jadi penengah jika kami sudah berbeda pendapat. Maklum, kami berasal dari daerah yang berbeda-beda. Jadi untuk memilih tempat jalan-jalan sekalipun kami sering berselisih pendapat. Kali ini kami benar-benar heran, wanita lembut itu hanya diam dan akhirnya iapun berkata, "aku tak bisa menjamin kalau aku bisa ikut kalian...", "Lohh, kenaapa???" tanyaku. "Iyya, kenapa???" Tanya temanku yang lain. "Tapi kalian jangan kaget ya...?" Katanya wanita itu lembut.
Kami, terutama aku bersiap-siap memfokuskan daun telingaku untuk mendengar kabar yang akan dia ceritakan. "Insyaallah tanggal 19 nanti, aku mau ***** (masih dirahasiakan, atas permintaan ybs) jadiii setelah itu, belum tentu aku bisa bebas pergi liburan sama kalian"

"Iyakahhh????" kami serempak. 

Entah angin apa yang menguapkan pembicaraan tentang rencana jalan-jalan yang tadi kami bicarakan. Perlahan-lahan ada perasaan sejuk yang mengalir di tubuhku. Entah kenapa, aku sangat senang mendengar berita ini. Ini kabar bahagia, kawan! membayangkan dia berbahagia di hari bahagianya saja aku sudah sangat bahagia. Apalagi menyaksikannya langsung. Oh...(Lebay lagi :D)


Siapakah wanita itu???
Dia ada di antara kami ^^
 Tunggu kabar resminya (Insyaallah) hari senin ya, kawan ^^

Thursday, June 9, 2011

Indah Nian

Iya benar, besok saya ada ujian. Ujian Tengah Semester pertama yang akan saya lalui untuk memenuhi jumlah SKS kuliah saya di semester terakhir (Insyaallah). Sejatinya orang yang akan melaksanakan ujian, pastilah harus mempersiapkannya matang-matang. Namun jemari saya tak hendak menahan gejolak untuk menuliskan tentang sesuatu yang sangat indah sore ini. Ya, lagi-lagi senja, kawan!

Berawal dari “status” seorang teman melalui jejaring sosial twitter yang mengatakan perkiraan cuaca Surabaya akan cerah hari ini. saya pun menengok ke langit luar yang memang benar! Langit siang tadi benar-benar cerah. Lebih tepat dibilang sangat panas sih (hee..e..). Tapi entah kenapa saya tidak merasakan gerah sedikitpun hari ini. ya, memang saya tidak banyak melaksanakan aktivitas di luar rumah kos hari ini. mungkin juga itu merupakan salah satu sebab kenapa saya tak merasakan gerah.

Apapun itu, dunia harus tau kalau saya sangat suka langit hari ini. Sejak siang teraaaang benderang. Dan yang paling membuat saya tak ingin melupakan langit hari ini yaitu ketika sang Matahari ingin berpamitan menjemput malam, ia membuat hati saya terkesan. Indaaaaah nian.

Detik-demi detik saya pandangi benda bulat raksasa bercahaya itu tanpa mata berkedip. perlahan-lahan warnanya makin merah menyala lalu redup dan hilang ditelan awan. Langitpun mulai gelap, pertanda maghrib menjelang.

Oiya, ini beberapa potret yang sempat saya ambil dari balik jendela kamar:


Subhanallah! Cantik, kan?!

Hmm, saya jadi ingat kalau sebelum ini saya juga pernah menulis tentang senja. Tapi waktu itu senjanya mendung. Dan senja kala itu membuat hati saya juga ikut-ikutan mendung. Berbeda dengan senja sore ini. Ah, andai saja saya menikmati senja tadi di tengah-tengah keluarga. pasti akan terasa lebih indah dan berkesan. Lha, koq saya jadi berandai-andai ya??? Tak baik berandai-andai, Tuhan tidak suka (Kiai Luthfi, KCB), Hehe.

Ya sudahlah, sepertinya saya memang harus segera melanjutkan persiapan saya untuk hari esok. Do'akan ya kawaaaan! ^^

Popular Posts